1.
Pendahuluan
Komputer dan sistem digital lainnya mempunyai fungsi utama Mengolah informasi.Sehingga diperlukan metode-metode dan sistem-sistem untuk merepresentasikan informasi dalam bentuk yang dapat dimanipulasi dan disimpanoleh perangkat elektronik. Bab ini membahas tentang sistem bilangan dan kode bilangan yang sering digunakan di dalam komputer dan sistem digital lainnya.Topik sistem bilangan mencakup sistem bilangan desimal, biner, oktal, dan heksadesimal serta sistem pengkonversian dari satu sistem bilangan ke sistem bilangan yang lain. Sedangkan kode bilangan mencakup kode Binary Coded Decimal (BCD), Excess-3,Gray, danAmerican Standrad Code for Information Interchange (ASCII).
Komputer dan sistem digital lainnya mempunyai fungsi utama Mengolah informasi.Sehingga diperlukan metode-metode dan sistem-sistem untuk merepresentasikan informasi dalam bentuk yang dapat dimanipulasi dan disimpanoleh perangkat elektronik. Bab ini membahas tentang sistem bilangan dan kode bilangan yang sering digunakan di dalam komputer dan sistem digital lainnya.Topik sistem bilangan mencakup sistem bilangan desimal, biner, oktal, dan heksadesimal serta sistem pengkonversian dari satu sistem bilangan ke sistem bilangan yang lain. Sedangkan kode bilangan mencakup kode Binary Coded Decimal (BCD), Excess-3,Gray, danAmerican Standrad Code for Information Interchange (ASCII).
2.
Sistem
Bilangan
Sistem bilangan yang kita gunakan sehari-hari adalah
sistem bilangan desimal. Ketika berbicara angka, pikiran kita langsung
terhubung dengan suatudigit dari 0 s/d 9. Di dalam sistem digital selain
bilangan desimal, ada lagi sistem bilangan yang umum dipakai yaitu sistem
bilangan biner, oktal, dan heksadesimal.Peralatan elektronika digital
menggunakan sistem bilangan biner. Beberapa sistem komputer ada yang
menggunakan sistem bilangan oktal. Komputer digital dan sistem yang berdasarkan
mikroprosesor menggunakan sistem bilangan heksadesimal.
2.1. Bilangan Desimal
Sistem bilangan desimal menggunakan simbol 0, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, dan9. Sistem bilangan desimal disebut juga sistem basis 10 atau radiks
10. Radiks dan basis merupakan istilah yang mempunyai arti yang sama, yaitu
menyatakan jumlah digit yang terdapat pada satu sistem bilangan. Sistem
bilangan desimal disebut sistem basis 10 karena mempunyai 10 simbol untuk
merepresentasikan bilangannya.Lambang basis diikutsertakan pada kanan
bawah suatu bilangan.
Contoh : 28510 atau 285(10). Khusus untuk bilangan
desimal, boleh tidak mencantumkan basis tersebut pada bilangannya. Dengan
kata lain, setiap bilanganyang dalam penyajian tidak terdapat simbol
radiks-nya, berarti bilangan tersebut adalah bilangan desimal.
Sistem bilangan mempunyai karakteristik nilai-tempat
(place-value), yang masing-masingnya
mempunyai bobot sendiri-sendiri sesuai dengan tempatdimana angka/digit tersebut
berada. Bobot untuk bilangan desimal adalah :
- Bobot satuan : 100= 1
- Bobot puluhan : 101= 10
- Bobot ratusan : 102= 100
- Bobot ribuan : 103= 1000 , dst.
Nilai suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan dari
perkalian setiap angka/digit dengan bobot tempat angka tersebut berada.Misalnya:
bilangan desimal 347. Pada bilangan tersebut angka 3 menempati posisi satuan,
angka 4 pada posisi puluhan, dan angka 7 pada posisi ratusan.Sehingga
penjumlahan 300+40+7 menghasilkan angka desimal total sebesar 347.
ratusan puluhan satuan
34710= (3 x 102) + (4 x 101) + (7 x 100)
= 300 + 40
+ 7
Sistem
bilangan desimal terbagi 2 konsep yaitu :
· Absolute value atau harga mutlak
· Positional value atau harga tempat
Pada
bilangan bilangan desimal terdapat 2 bagian :
- MSD(most significant digit)
Angka bilangan
yang mempunyai harga terbesar
Contoh : 243 = 2(karena ratusan)
- LSD(list significant digit)
Harga bilangan
yang mempunyai harga tempat terkecil.
Contoh : 234
= 4(karena satuan)
2.2. Bilangan Biner
Sistem digital biasanya dikonstruksi dengan dua
keadaan, seperti saklar,transistor, dan komponen-komponen elektronika lainnya
yang digunakan dalam sistem digital. Sistem bilangan yang cocok untuk
merepresentasikan bilangan didalam sistem digital adalah sistem bilangan biner.
Itulah sebabnya mengapa kita perlu mempelajari sistem bilangan biner
ketika kita ingin bekerja dalam sistem digital.
Tabel 2.1.
Desimal
|
Biner
|
0
|
0000
|
1
|
0001
|
2
|
0010
|
3
|
0011
|
4
|
0100
|
5
|
0101
|
6
|
0110
|
7
|
0111
|
8
|
1000
|
9
|
1001
|
10
|
1010
|
11
|
1011
|
12
|
1100
|
13
|
1101
|
14
|
1110
|
15
|
1111
|
Bilangan biner merupakan bilangan dengan radiks 2.Simbol
yang digunakan hanya 0 dan 1. Setiap digit biner (binary digit ) disebut bit.Bobot faktor biner berdasarkan
tempat bit berada, seperti yang tertera berikut ini :
Bit ke-5
|
Bit ke-4
|
Bit ke-3
|
Bit ke-2
|
Bit ke-1
|
Bit ke-0
|
25
|
24
|
23
|
22
|
21
|
20
|
32
|
16
|
8
|
4
|
2
|
1
|
Bit ke-0 (bit paling kanan) dari bilangan biner
merupakan bit yang tidak signifikan (LSB,Least Significant
Bit ), sedangkan bit paling kiri dari bilangan biner merupakan bit
yang paling signifikan (MSB,Most Significant Bit ).
Contoh:
B5 B4
B3 B2 B1
B0
1 0
1 0 1 1
| |
MSB LSB
Catatan. Untuk pekerjaan dalam elektronika
digital, Anda harus menghafalsimbol biner
yang digunakan untuk cacah paling sedikit sampai 9.
2.3. Bilangan Oktal
Sistem bilangan oktal menggunakan 8 macam simbol
bilangan, yaitu 0, 1,2, 3, 4, 5, 6, dan 7, oleh karena itu bilangan oktal
merupakan bilangan dengan radiks 8. Sistem bilangan ini merupakan metode dari
kelompok bilangan biner (pengelompokan 3 bit), dan biasanya digunakan oleh
perusahaan komputer yang menggunakan kode 3 bit untuk merepresentasikan
instruksi/operasi. Pada sistem yang demikian, bilangan oktal digunakan sebagai
perwakilan pengganti bilangan biner, sehingga pengguna dapat dengan mudah
membuat ataupun membaca instruksi komputer.
Untuk lebih
memudahkan dalam memahami bilangan oktal, dapat dilihat pada tabel 2.1
berikut ini :
Tabel
2.1 Bilangan Oktal ke biner
Oktal
|
Biner
|
0
|
000
|
1
|
001
|
2
|
010
|
3
|
011
|
4
|
100
|
5
|
101
|
6
|
110
|
7
|
111
|
Bilangan oktal pun mempunyai harga tempat yaitu :
Dst
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
8
|
...
|
262144
|
32768
|
4096
|
512
|
64
|
8
|
1
|
2.4. Bilangan Heksadesimal
Sistem bilangan heksadesimal menggunakan 16 simbol,
yaitu : 0, 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F. Huruf A untuk cacahan
10, B untuk 11, C untuk 12, D untuk 13, E untuk 14, dan F untuk 15. Sistem
bilangan ini merupakan metode dari pengelompokan 4 bit. Komputer digital dan
sistem yang berdasarkan mikroprosesor menggunakan sistem bilangan heksadesimal.
Untuk lebih memudahkan dalam memahami bilangan heksadesimal, dapat dilihat pada
tabel2.2 berikut ini :
Tabel 2.2 Bilangan Desimal yang direpresentasikan
dengan Bilangan Biner dan Heksadesimal
Desimal
|
Biner
|
Hexadesimal
|
0
|
000
|
0
|
1
|
001
|
1
|
2
|
010
|
2
|
3
|
110
|
3
|
4
|
100
|
4
|
5
|
101
|
5
|
6
|
110
|
6
|
7
|
111
|
7
|
8
|
1000
|
8
|
9
|
1001
|
9
|
10
|
1010
|
A
|
11
|
1011
|
B
|
12
|
1100
|
C
|
13
|
1101
|
D
|
14
|
1110
|
E
|
15
|
1111
|
F
|
3.
Konversi Bilangan
3.1.
Konversi Bilangan Desimal
3.1.1. Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Biner
Dalam mengubah sistem bilangan desimal ke sistem
bilangan lainnya dapat dilakukan dengan metode pembagian berurutandengan
radiksnya.Langkah-langkah metode pembagian untuk mengubah bilangan desimal
menjadi bilangan biner (radiks 2) adalah sebagai berikut :
1.Berturut-turut
bagi bilangan desimal yang diketahui itu dengan 2.
2.Letakkan
hasil baginya tepat di bawah bilangan yang dibagi itu.
3.Letakkan
sisa pembagian itu di samping hasil bagi tersebut.
4.Bilangan
biner setaranya akan terbentuk oleh sisa pembagian itu dengan Sisa terakhir menjadi angka pertama dan sisa pertama menjadi angka terakhir.
Contoh 3.1
Ubahlah
bilangan desimal 115 menjadi bilangan biner.
- 115 : 2 = 57 sisa 1
- 57 : 2 = 28 sisa 1
- 28 : 2 = 14 sisa 0
- 14 : 2 = 7 sisa 0
- 7 : 2 = 3 sisa 1
- 3 : 2 = 1 sisa 1
- 1 : 2 = 0 sisa 1
Jadi, 115(10)= 1110011(2)
Untuk bilangan pecahan desimal, pengubahan bilangan
tersebut menjadi bilangan biner dapat dilakukan dengan langkah-langkah
berikut :
1.Berturut-turut
kalikanlah pecahan desimal itu dengan 2.
2.Tulislah
hasil perkalian itu dengan lengkap, tetapi pisahkan bagian bulat
dari bagian pecahannya.
3.Letakkan
hasil kali tersebut tepat di bawah bilangan yang dikalikan itu.
4.Lakukan
perkalian itu hanya untuk bagian pecahannya saja denganmengabaikan bagian
bulatnya sampai semua angka di bagian pecahannyasama dengan nol atau sampai
banyaknya angka yang diperlukan untuk derajatketepatannya telah dicapai.
5.Bagian
bilangan bulat hasil perkalian tersebut yang pertama yang diperolehdari
perkalian yang pertama merupakan bagian pecahan bilangan biner
yang pertama.
Untuk bilangan desimal yang merupakan gabungan antara
bilangan bulatdan bilangan pecahan, masing-masing bagian itu (bulat dan
pecahannya)dikerjakan secara terpisah.
Contoh 3.2:
ubahlah
pecahan desimal 25,2510 ke biner pecahan
jawab
: 25 : 2 = 12 sisa 1 0,25 x 2 = 0
12
: 2 = 6 sisa 0
0,5 x 2 = 1
6 : 2
= 3 sisa 0
3 : 2
= 1 sisa 1
1 : 2
= 0 sisa 1
Jadi, 25,2510 = 11001,012
3.1.2. Konversi Bilangan Desimal ke
Bilangan Oktal
Konversi bilangan desimal ke bilangan oktal dapat
dilakukan dengan caramembagi bilangan desimal tersebut dengan 8 secara terus
menerus, dan hasilnyadibaca dari bawah ke atas
Contoh 3.3 :
Ubahlah
bilangan desimal 574 menjadi bilangan oktal.
Jawab :
574
: 8 = 71 sisa 6
71 : 8
= 8
sisa
7
8 :
8 = 1 sisa 0
jadi,574(10)= 1076(8)
Konversi bilangan pecahan desimal ke bilangan oktal
dapat dilakukan dengan cara mengalikan bilangan pecahan desimal tersebut dengan
8 secara terus menerus, sampai diperoleh bilangan nol di belakang koma. Jika
setelah beberapa kali perkalian tidak menghasilkan bilangan nol di belakang
koma, ambil beberapa digit sampai banyaknya angka yang diperlukan untuk derajat
ketepatan. Berarti nilai tersebut adalah nilai aproksimasi (pendekatan).
Contoh 3.4 :
Ubahlah
bilangan pecahan desimal 0,1875 menjadi bilangan oktal.
Jawab:
0,1875 x 8 = 1,500
0,500x 8 = 4,000
Jadi,0,1875(10)= 0,14(8)
3.1.3. Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan
Heksadesimal
Konversi bilangan desimal ke bilangan heksadesimal dapat
dilakukan dengan cara membagi bilangan desimal tersebut dengan 16 secara terus
menerus,dan hasilnya dibaca dari bawah ke atas.Konversi bilangan pecahan
desimal ke bilangan heksadesimal dapat dilakukan dengan mengalikan bilangan
pecahan desimal tersebut dengan 16secara terus menerus, sampai diperoleh
bilangan nol di belakang koma.
Contoh 3.5
Ubahlah
bilangan desimal 586 menjadi bilangan heksadesimal.
Jawab:
586
: 16 = 36 sisa 10=A
36 : 16 = 2
sisa 4
Jadi,586(10)= 24A(16)
Contoh 3.6
Ubahlah
bilangan pecahan desimal 0,5 menjadi bilangan heksadesimal.
Jawab :
0,5 x 16 = 8,000
Jadi, 0,510 = 816
3.2.
Konversi Bilangan Biner
3.2.1.
Konversi Bilangan biner ke bilangan
desimal
Konversi
bilangan biner ke bilangan desimal dapat dilakukan dengan 2(dua) cara, yaitu :
·
Cara I :
Kalikan setiap bit dengan bobot faktor biner yang bersesuaian
lalu jumlahkan hasilnya.
·
Cara II :
Tulis bilangan binernya, lalu tulis bobot faktor biner di bawah masing-masing
bit. Setelah itu coret bobot faktor biner di bawah bit 0, dan jumlahkan semua
bobot faktor boner yang tidak dicoret.
Contoh 3.7
Ubahlah
bilangan biner 11100102 menjadi bilangan desimal.
Jawab :
- Cara I :1110010(2)= (1x26) + (1x25) + (1x24) + (0x23) + (0x22) + (1x21) + (0x20)
= 64
+ 32 + 16 + 0 + 0 + 2
+ 0
= 114(10)
- Cara II : 1 1 1 0 0 1 0 (tulis binernya)
=26 25 24 23 22 21 20
=64 + 32 +
16 + 8 + 4 + 2 + 1
= 114(10)(jumlahkan bilangan yang
tidak dicoret)
3.2.2.
Konversi
Bilangan Biner ke Bilangan Oktal
Untuk mengubah bilangan biner ke bilangan oktal dapat
dilakukan dengan mengelompokkan bilangan biner itu tiga bit – tiga bit dimulai
dari bit LSB,kemudian mengubah masing-masing kelompok tersebut menjadi setara
oktalnya.
Contoh 3.8
Ubahlah
bilangan biner 10010111(2) menjadi bilangan oktal.
Jawab :
0 1 0 0 1 0 1 1 1(2)= 227(8)
| |
|
2 2 7
Contoh 3.9
Ubahlah
bilangan biner 1110,100101 menjadi bilangan oktal
Jawab :
0 0 1 1 1 0 , 1 0 0 1 0 1(2)= 16,45(8)
|
| | |
1 6 4 5
3.2.3.
Konversi Bilangan Biner ke Bilangan
Heksadesimal
Untuk mengubah bilangan biner ke bilangan heksadesimal
dapat dilakukandengan mengelompokkan bilangan biner itu empat bit – empat bit dimulai dari bit LSB, kemudian
mengubah masing-masing kelompok tersebut menjadi setara heksadesimalnya.
Contoh 3.10
Ubahlah bilangan
biner 101001001110 menjadi bilangan heksadesimal
Jawab :
1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0(2)= A4E(16)
|
| |
A
4 E
3.3. Konversi Bilangan Oktal
3.3.1. Konversi Bilangan Oktal ke
Bilangan Desimal
Konversi bilangan oktal ke bilangan desimal dapat
dilakukan dengan cara mengalikan setiap digit dengan bobot faktor oktal yang
bersesuaian lalu jumlahkan hasilnya.
Contoh 3.11
Ubahlah
bilangan oktal 423 menjadi bilangan desimal
Jawab :
415(8)= (4x82)
+ (1x81) + (5x80)
=
256 + 8 + 5
= 269(10)
3.3.2. Konversi Bilangan Oktal ke
Bilangan Biner
Konversi bilangan oktal ke biner dapat dilakukan
dengan cara mengubahsetiap digit oktal menjadi bilangan biner 3 bit.
Contoh 3.12
Ubahlah
bilangan oktal 745 menjadi bilangan biner
Jawab :
7 4 5
| | |
111 100
101
Jadi,745(8)=
111100101(2)
3.4. Konversi Bilangan Heksadesimal
3.4.1.Konversi Bilangan Heksadesimal
ke Bilangan Desimal
Konversi bilangan heksadesimal ke bilangan desimal
dapat dilakukan dengan cara mengalikan setiap digit dengan bobot faktor heksa
yang bersesuaian lalu jumlahkan hasilnya.
Contoh 3.13
Ubahlah
bilangan oktal 1C7 menjadi bilangan desimal.
Jawab :
1C7(16)= (1x162) + (12x161) + (7x160)
= 256 + 192 + 112
= 560(10)
3.4.2. Konversi
Bilangan Heksadesimal ke Bilangan Biner
Konversi bilangan heksadesimal ke bilangan biner dapat
dilakukan dengan cara mengubah setiap digit heksadesimal menjadi bilangan biner
4 bit.
Contoh 3.14
Ubahlah
bilangan heksadesimal D2A menjadi bilangan biner.
Jawab : D 2 A
| | |
1101 0010 1010
Jadi,D2A16= 1101001010102
4.
Kode Bilangan
Data yang diproses di dalam sistem digital umumnya
direpresentasikan dengan menggunakan kode tertentu. Terdapat berbagai macam
sistem kode seperti Binary Coded Decimal (BCD), gray, excess-3, dan ASCII.
Dengan menggunakan kode bilangan, dapat disajikan berbagai macam jenis data
seperti bilangan, simbol maupun huruf ke dalam besaran digital.
Kode-kode tersebut disusun dengan suatu cara
menggunakan bilangan biner yang membentuk kelompok tertentu. Beberapa
istilah yang berhubungandengan pengelompokkan bilangan biner, yaitu :
· Nibble adalah kode biner 4-bit.
Contoh : 1001, 1010, dan 1110.
· Byte adalah kode biner 8-bit.
Contoh : 10011101 dan 1010011
Catatan: 1 byte = 8 bit
KB (baca : Kilobyte = 1024 byte = 210 byte.
· Word adalah kode biner 16-bit.
· Double Word adalah kode biner 32-bit
4.1.
Kode BCD (Binary Coded
Decimal )
Kode BCD digunakan untuk merepresentasikan digit
desimal 0 s.d. 9.Dalam kode BCD, setiap digit desimal tersebut direpresentasikan
dengan menggunakan bilangan biner 4 bit. Bilangan biner 4 bit akan menghasilkan
16 kombinasi yang berbeda, sehingga pada system kode BCD terdapat 6 buah
kodeyang tidak digunakan (invalid code), yaitu : 1010, 1011, 1100, 1101, 1110,
dan 1111. Kode BCD untuk digital 0 s.d 9 dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel.4.1. Kode BCD
Desimal
|
BCD
|
0
|
0000
|
1
|
0001
|
2
|
0010
|
3
|
0011
|
4
|
0100
|
5
|
0101
|
6
|
0110
|
7
|
0111
|
8
|
1000
|
9
|
1001
|
Contoh 4.1 :
Tulislah
kode BCD untuk bilangan decimal 3973.
Jawab
:
3 9 7
3
| | | |
0011 1001 0111 0011
Jadi,3973(10)=
0011 1001 0111 0011(BCD)
Dengan menggunakan cara yang sama dengan contoh 4.1 di
atas, dapatdilakukan konversi baliknya (mengubah kode BCD menjadi bilangan desimal).
Contoh 4.2 :
Ubahlah
bilangan BCD 1001 0110 0111 0010 ke bilangan desimal.
Jawab
:
1001 0110 0111 0010
| | | |
9 6
7 2
Jadi,1001 0110
0111 0010(BCD)= 9672(10)
Sekilas kode BCD nampak seperti sistem biner, tetapi
pada kenyataannyakeduanya adalah berbeda. Untuk melihat perbedaan keduanya, perhatikan
contoh 4.3 berikut.
Contoh 4.3 :
Ubahlah
bilangan desimal 129 menjadi bilangan biner dan kodeBCD.
Jawab
:
Dengan menggunakan metode bagi 2,
dapat ditemukan :
·
129(10)= 10000001(2) = Sistem
Biner
·
Konversi
sistem desimal ke kode BCD :
129(10)= 0001 0010 1001(BCD) = Kode BCD
Keunggulan
kode BCD adalah mudahnya mengubah dari dan ke bilangan desimal. Kerugiannya
adalah kode BCD tidak dapat digunakan untuk operasi aritmatika yang hasilnya
melebihi 9.
Kode
BCD digunakan pada sistem digital bila informasi desimal diperlukan sebagai
masukan atau diperagakan sebagai keluaran. Voltmeter digital, jam digital,
dan termometer digital merupakan contoh alat yang menggunakan kode BCD karena
alat itu memperagakan keluarannya dalam desimal. Kalkulator juga
menggunakan kode BCD karena bilangan masukannya diberikan dalam bentuk
desimal melalui tombol-tombolnya dan keluarannya diperagakan dalam bentuk
desimal.
Beberapa
komputer jaman dulu mengolah bilangan BCD, tetapi jenis komputer ini lebih
lambat dan lebih rumit dibandingkan komputer biner. Sebuah komputer tidak hanya
sekedar mempro bekerja dengan data-data non-numerik yang lain. Dengan
kata lain, sebuah komputer modern harus dapat memproses data alfanumerik (huruf
alfabet, bilangan, dan simbol-simbol lain. Karena itulah komputer modern
menggunakanCPU yang memproses bilangan biner dan bukan bilangan BCD.Dalam
bidang teknik digital terdapat rangkaian yang dapat membangkitkan kode BCD dari
suatu bilangan desimal yang dimasukkan kedalam inputnya, dan rangkaian tersebut
dinamakan pengkode desimal ke BCD(decimal to BCD encoder). Terdapat pula
rangkaian yang fungsinya merupakan kebalikan dari fungsi encoder, yaitu decoder
BCD ke desimal. Untuk pembahasan yang lebih mendalam tentang encoder dan
decoder, dapat dilihat pada Bab selanjutnya.
4.2.
Kode Excess-3
(XS-3)
Excess-3 artinya kelebihan tiga. Sesuai dengan
namanya, penetapannya diperoleh dari penambahan 3 pada nilai binernya. Tabel 4.2
berikut ini menunjukkan kode XS-3.
Tabel.4.2. Kode Excess-3
Desimal
|
Kode
Excess-3
|
0
|
0011
|
1
|
0100
|
2
|
0101
|
3
|
0110
|
4
|
0111
|
5
|
1000
|
6
|
1001
|
7
|
1010
|
8
|
1011
|
9
|
1100
|
Seperti
halnya dengan kode BCD, kode XS-3 ini hanya menggunakan sepuluh dari enambelas
kombinasi yang ada. Enam kelompok bit yang tidak dipakai adalah 0000,
0001, 0010, 1101, 1110, dan 1111.
Contoh 4.4 :
Kodekan
bilangan decimal 129 ke system XS-3
Jawab
:
1 2 9
0001 0010 1001
Setara binernya0011 0011 0011 + Tambah tiga

0100 0101 1100
Jadi, 129(10)= 0100 0101 1100(XS-3)
Kode XS-3 ini dirancang untuk mengatasi kesulitan kode
BCD dalam perhitungan aritmatika. Penjumlahan dengan menggunakan kode XS-3
dapatdilakukan dengan mengikuti aturan berikut :
1.Penjumlahan
mengikuti aturan penjumlahan biner biasa
2.a. Jika
hasil penjumlahan untuk suatu kelompok menghasilkan suatu simpanan desimal, tambahkan 0011 ke kelompok tersebut.
b.
Jika hasil penjumlahan untuk setiap kelompok tidak menghasilkansimpanan desimal, kurangkan 0011 dari kelompok
tersebut.
Contoh 4.5 :
Jumlahkan
bilangan decimal 63 dengan 26 dengan menggunakan system penjumlahan kode XS-3.
Jawab
:
63 1 0 0 1 0 1 1 0


89 → 1110 1111
penjumlahan biner biasa

1011
1100
4.3.
Kode
Gray
Kode gray merupakan kode 4-bit tanpa bobot dan tidak
sesuai untuk operasi aritmatika. Kode gray memiliki keunikan, yaitu hanya
satu bit yang berubah dalam setiap dua kata berurutan. Atau dengan kata
lain, hanya satu bit yang berubah bila dicacah dari atas ke bawah. Kode gray
biasanya digunakan sebagai data yang menunjukkan posisi dari suatu poros mesin
yang berputar.Tabel 4.3 menunjukkan kode gray yang merepresentasikan digit
desimal 0 s.d. 9.
Tabel 4.3
Kode Gray
Desimal
|
Biner
|
Kode gray
|
0
|
0000
|
0000
|
1
|
0001
|
0001
|
2
|
0010
|
0011
|
3
|
0011
|
0010
|
4
|
0100
|
0110
|
5
|
0101
|
0111
|
6
|
0110
|
0101
|
7
|
0111
|
0100
|
8
|
1000
|
1100
|
9
|
1001
|
1101
|
10
|
1010
|
1111
|
11
|
1011
|
1110
|
12
|
1100
|
1010
|
13
|
1101
|
1011
|
14
|
1110
|
1001
|
15
|
1111
|
1000
|
4.4. Kode ASCII (American Standard Code for Information Interchange)
Untuk memperoleh informasi yang keluar dan masuk pada
computer, kita perlu menggunakan semacam kode alfanumerik (bilangan,
huruf, dan symbol-simbol lainnya) untuk unit I/O dari computer yang
bersangkutan. Dulu pernahterjadi bahwa setiap pabrik menggunakan kode yang
berbeda dan menimbulkansegala macam kerancuan. Akhirnya industri-industri computer
sepakat untuk menciptakan system kode untuk unit I/O tersebut yang dikenal
sebagai ASCII.Dengan system kode ini setiap pabrik dapat membakukan perangkat
keras I/Oseperti keyboard, printer, monitor, dan lain-lain.
Kode ASCII adalah kode 7-bit dengan format susunan : a6a5a4a3a2a1a0
Setiap a disusun
dalam digit 0 dan 1. Kode 7-bit menghasilkan 128 karakter yang berbeda.
5.
Soal :
1. Berapa
byte yang terdapat pada masing-masing bilangan berikut
a. 1100
0101
b. 1011
1001 0110 1110
c. 1111
1011 0111 0100
2. Tentukan
bilangan desimal yang ekivalen dengan masing-masing bilangan biner berikut ini
: 10, 110, 111, 1011, dan 1110
3. Menggunakan
basis berapakah bilangan-bilangan di bawah ini:
a. 34810
b. 1100
01012
c. 23125
d. F4c316
4. Tuliskan
persamaan berikut dengan bilangan biner
2+2=4
5. Bilangan
desimal berapa yang ekivalen 210?
Berapa harga yang diungkapkan oleh 4k.
Nyatakan 8.192 dalam satuan k.
6. Tegangan
keluar dari sebuah register 4-bit mempunyai pola harga tinggi-rendah. Data
biner berapakah yang tersimpan dalam register itu?
Berapa ekivalen desimalnya?








Gambar 1.8. penampil LED 8 bit
nyala-mati-nyala-mati-nyala-nyala-mati-mati
nyala-mati-nyala-mati-nyala-nyala-mati-mati
7. Pada
gambar 1.8 ditunjukkan penampil LED 8 bit.lingkaran terang berarti LED menyala
(biner 1) dan lingkaran gelap berarti LED padam (biner 0). Bilangan biner
berapakah yang disajikan dalam gambar itu? Berapa ekivalen desimalnya?
a. 00111
b. 11001
c. 10110
d. 11110
9. Carilah
harga x dalam persamaan :
Xic
= 110010012
10.
Keluaran sebuah register transistor 8
bit menunjukkan pola sebagai berikut:
Rendah-tinggi-rendah-tinggi-rendah-tinggi-rendah-tinggi
Jawaban:
1.
a. 1100 1010 = 1 byte
b. 1011 1001 0110 1110 = 2 byte
c. 1111 1011 0111 0100 1010 = 2 byte/2,5 byte
2. 10 = 2 1011
= 11
110= 6 1100
= 12
111=7 1110
= 14
3.
a. 34810 = basis 10/desimal
b. 110001012 = basis 2/biner
c. 23125 = basis 5
d. F4C316 = basis
16/hexadesimal
4. 2+2=4
= 0 0 1 1 0 + 0 0 1 0= 0 1 0 0
5.
210= 1024
4k= 4000 atau 4x103
8192= 8k
6.
Tinggi-rendah-tinggi-rendah
1 0 1 0 = 10102
23 22 21 20
=8+2= 1010
7.
1 0 1 0 1 1 0 0
27 26 25 24 23 22 21 20
=128+32+8+4
=17210
8.
a.
0 0 1 1 1
24
23 22 21
20
=4+2+1
=710
b. 1 1 0 0 1
24
23
22 21 20
=16+8+1
=2510
c. 1 0 1 1 0
24
23
22 21 20
=16+4+2
=2210
a.
1 1 1 1 0
24 23 22
21 20
=16+8+4+2
=3010
9.
1 1 0 0 1 0 0 12
27 26 25 24 23
22 21 20
= 128+64+8+1
=20110
10. 0 1 0 1 0 1 0 1
27 26 25
24 23 22 21 20
=32 +16+4+1
=53
=32 +16+4+1
=53
6.
Kesimpulan dan saran
6.1.
Kesimpulan
Sistem bilangan menggunakan suatu bilangan dasar atau
basis (base/radix) yang tertentu. Dalam hubungannya dengan komputer, ada 4 jenis sistem bilangan yang dikenal
yaitu : Desimal (Basis 10), Biner (Basis 2), Oktal(Basis 8), dan Hexadesimal
(Basis16).
Di bab ini juga menjelaskan tentang cara pengkonversian keempat bilangan
tersebut.selain itu juga dijelaskan tentang kode bilangan yaitu Binary Coded Decimal (BCD), Excess-3,Gray,
danAmerican Standrad Code for Information Interchange (ASCII).
6.2.
Saran
Agar kita lebih bisa memahami tentang sistem dan kode
bilangan. Marilah untuk sering membaca dan mengerjakan soal-soal materi
tersebut.
7.
Daftar pustaka
Malvino, Albert Paul.1983.Elektronika Komputer Digital.Edisi
kedua.Jakarta: Erlangga.
thanks bro, you are savier in my life wkwk
BalasHapusterima kasih :)
BalasHapus